Kami sangat terkesan dan ingin mengabarkannya kepada umat muslim tentang kisah ini karena di dalamnya banyak mengandung nasehat dan wasiat terakhir Rasulullah SAW menjelang wafatnya beliau. Setiap kali kami membaca kisah ini, selalu air mata menggelinang di pelupuk mata kami. Dada serasa sesak, rasa haru dan kerinduan ingin berjumpa Rasulullah SAW selalu muncul saat membaca kisah ini. Semoga dengan membaca kisah ini, semakin tumbuh kuat rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW sehingga menguatkan hati kita untuk selalu mengikuti sunah-sunah Rasulullah SAW dalam kehidupan kita.
Ketika Rasulullah SAW melaksanakan Haji Wada’ (perpisahan) turunlah firman Allah SWT yang artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamaku, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai islam itu menjadi agama bagimu.” (QS. Al Maidah: 3). Maka menangislah Abu Bakar As-Shiddiq R.A., Bersabdalah Rasulullah SAW: “Apa yang membuatmu menangis dalam ayat tersebut?” Abu Bakar R.A. menjawab: “ini adalah berita kematian Rasulullah SAW.”
Sekembali dari haji wada’ dan kurang dari tujuh hari wafatnya Beliau, turunlah ayat Al-Qur’an yang paling terakhir: “Dan perihalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah SWT. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedangkan mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al Baqarah : 281)
Rasulullah SAW mulai kelihatan sakit. Beliau bersabda: “Aku ingin mengunjungi suhada Uhud”, maka Beliaupun berangkat pagi menuju Jabal Uhud di awal-awal Bulan Shafar Tahun 11 H. Lalu Beliau berdiri di atas makam suhada dan berkata: “Assalamu’alaikum wahai suhada Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului (kami), dan kami insya Allah akan menyusul kalian, dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul (kalian).”
Kemudian Rasulullah pulang sambil menangis. Maka para sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW: “Apa yang membuat Anda menangis ya Rasulullah?” Beliau bersabda: “Aku merindukan saudara-saudara seiman.” Mereka berkata: “Bukankah kami adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Bukan kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudara seimanku adalah suatu kaum yang datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.” Betapa mulianya Beliau, dimana sempat menagis merindukan kita (umatnya?!), akankah kita tidak merindukkannya?. Mudah-mudahan kita semua termasuk saudara-saudara seiman yang dirindukan Rasulullah SAW. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Amiiin.
Pada Hari Senin Tanggal 29 Shafar, Beliau menghadiri pemakaman jenasah di Baqi’. Ketika pulang beliau merasa pusing di kepala dan panas badannya tinggi. Maka beliau pun mulai sakit dan bertambah parah. Selama sakitnya itu beliau tetap menjadi imam shalat selama 11 hari masa sakit beliau (sekitar 13-14 hari). Empat hari sebelum beliau wafat, pada waktu shalat isya’ Beliau meminta Abu Bakar R.A. menggantikannya menjadi imam shalat.
Tiga hari sebelum beliau wafat, sakitnya bertambah parah. Saat itu beliau berada di rumah Sayyidah Maimunah, Beliau bersabda: “Kumpullah istri-istriku.” Maka berkumpullah istri-istri beliau, Beliau bersabda: “Apakah kalian mengizinkan aku tinggal di rumah ‘Aisyah?” Maka mereka menjawab: “Kami mengizinkan Anda wahai Rasulullah.” Kemudian beliau berkeinginann untuk berdiri, akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah Ali bin Abi Thalib dan Al Fadl ibn Abbas, maka merekapun membopong Rasulullah SAW ke rumah Aisyah RA. Adapun para sahabat baru pertama kalinya melihat Rasulullah SAW dibopong di atas dua tangan. Maka berkumpullah para sahabat dan mereka berkata: “Ada apa dengan Rasulullah, apa yang terjadi dengan Rasulullah?
Mulailah orang-orang berkumpul di dalam masjid termasuk para sahabat. Nabi SAW dibawa ke rumah Aisyah RA. Mulailah seluruh tubuh dan wajah Rasulullah SAW mengucurkan keringat. Berkatalah ‘Aisyah RA: “Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yang berkeringat deras seperti ini.” Maka beliau mengambil tangan Rasulullah SAW dan dengannya dia mengusap keringat beliau. (Maka mengapakah dia mengusap keringat dengan tangan beliau dan tidak dengan tangannya sendiri?) Aisyah berkata: “Sesungguhnya tangan Rasulullah lebih lembut dan lebih mulia daripada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (Inilah bentuk penghormatan terhadap Rasulullah SAW.)
Aisyah RA berkata: “Aku mendengar beliau berkata: “Laa ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat, Laa ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sekarat.”
Mulailah suara-suara di masjid menjadi gaduh. Bersabdalah Nabi SAW: “Apa ini?” Berkatalah ‘Aisyah: “Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan Anda ya Rasulullah.” Beliaupun bersabda: “Bawalah aku kepada mereka.” Maka beliau ingin bangun, tetapi tidak mampu. Maka para sahabat menyiramkan air tujuh qirbah (timba) kepada beliau hingga beliau bangkit, dan membawa beliau naik di atas mimbar.
Jadilah Khutbah tersebut khutbah terakhir beliau dan doa terakhir beliau. Rasulullah SAW bersabda: “Wahai manusia, kalian mengkhawatirkanku?” Mereka menjawab: “Ya, wahai Rasulullah.” Bersabdalah Rasulullah SAW: “Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh ( telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang melihat kepadanya di depan aku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian, sehingga kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya, sebagaimana orang-orang sebelum kalian telah berlomba-lomba mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
Kemudian beliau bersabda: ” Allah.. Allah, shalat, Allah.. Allah, shalat.” (Maksudnya: Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat) beliau terus mengulang-nguangnya, lantas bersabda: “Wahai manusia, bertakwalah kalian tehadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.” Inilah dua wasiat terakhir Rasulullah SAW. Menyuruh kita untuk menjaga Shalat dan memuliakan kaum wanita.
Kemudian beliau bersbda: “Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba, yang Allah SWT telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada di sisi-Nya, maka dia memilih apa yang ada di sisi-Nya.” Tidak ada yang bisa memahami siapakah yang dimaksud seorang hamba oleh Rasulullah SAW tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah SAW adalah beliau sendiri. Allah SWT telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorang pun yang paham selain Abu Bakar As-shiddiq RA. Dan kebiasaan para sahabat adalah diam saat Rasulullah berbicara. Saat Abu Bakar mendengar perkataan Rasulullah, dia tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis sesunggukan, seketika itu pula dia memotong pembicaraan Rasulullah SAW, dia berkata: “Kami tebus Anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan ibu-ibu kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan anak-anak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan istri-istri kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” Dia mengulang-ngulangnya, sementara para sahabat melihat kepadanya dengan pandangan heran, bagaimana dia berani memotong khutbah Rasululah SAW.
Rasulullah SAW besabda: “Wahai manusia, tidak ada seorangpun diantara kalian yang memiliki keutamaan disisi kami melainkan kami telah membalasnya, kecuali Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah SWT. Setiap pintu menuju masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar RA tidak akan ditutp selamanya.”
Kemudian mulailah beliau berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau: “Mudah-mudahan Allah menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian.”
Dan perkataan terakhir beliau sebelum turun dari atas mimbar sambil menghadapkan wajahnya kepada umatnya dari atas mimbar adalah: “Wahai manusia sampaikan salamku kepada orang yang mengikutiku di antara umatku hingga hari kiamat.” Setelah itu beliau dibawa kembali ke rumah beliau. Subhanallah.., sungguh besar cinta Beliau kepada kita, umatnya.
Masuklah Abdurrahman Ibnu Abu BAkar, dan di tangannya ada sebatang siwak. Beliau terus melihat ke arah siwak tersebut tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. Aisyah RA berkata: “Aku paham dari dua pandangan beliau bahwa beliau menginginkan siwak tersebut. maka aku ambil siwak itu darinya (dari Abdurrahman Ibnu Abu Bakar), kemudian aku letakkan dimulutku, agar aku melunakkanya untuk Nabi SAW, kemudian aku berikan siwak tersebut kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk ke perut Nabi SAW adalah air ludahku.” Aisyah berkata: “Termasuk sebuah keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah menggumpalkan antara air ludahku dengan ludah Nabi SAW sebelum beliau wafat.”
Kemudian masuklah putri beliau Fatimah RA pada waktu dhuha di Hari Senin tanggal 12 Rabiul Awwal Tahun 11 H, lalu ia menangis saat masuk kamar Rasulullah SAW. Dia menangis karena setiap kali dia masuk untuk menemui Rasulullah SAW beliau berdiri dan menciumnya diantara kedua matanya, akan tetapi sekarang beliau tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah bersabda kepadanya: “Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliupun membisikkan sesuatu di telinganya, maka dia pun menangis.” Maka beliau bersabda lagi untuk kedua kalinya: “Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliupun membisikkan sesuatu sekali lagi, maka dia pun tertawa.
Maka setelah kematian Rasulullah SAW, mereka bertanya kepada Fathimah RA: “Apa yang telah dibisikkan Rasulullah SAW kepadamu hingga engkau menangis, dan apa pula yang beliau bisikkan hingga engkau tertawa?” Fathimah berkata: “Pertama kalinya beliau berkata kepadaku: “Wahai Fathimah, aku akan meninggal malam ini.” Maka akupun menangis. Maka saat beliau mendapati tangisanku beliau kembali berkata kepadaku: “Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yang pertama kali akan bertemu kepadaku.” Maka akupun tertawa.
Rasulullah memanggil Hasan dan Husein, beliau menciumi keduanya dan berwasiat kebaikan kepada keduanya. Lalu Nabi SAW memanggil semua istrinya, menasehati dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat. Beliau mengulang-ngulang wasiat itu.
Rasa sakitpun terasa semaikin berat, maka beliau bersabda: “Keluarkanlah siapa saja dari rumahku.” Beliau bersabda: “Mendekatlah kepadaku wahai Aisyah!” Beliaupun tidur di dada istrinya Aisyah. Aisyah berkata: “Beliau mengangkat tangan beliau seraya berkata: “Bahkan Ar-Rafiqul A’la, bahkan Ar- Rafiqul A’la.” Maka ketahuilah bahwa di sela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la.
Masuklah Malaikat Jibril AS menemui Rasulullah seraya berkata: “Malaikat Maut ada di depan pintu, meminta izin untuk menemuimu, dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” Maka beliau berkata kepadanya: “Izinkan untuknya wahai Jibril.” Masuklah Malaikat Maut seraya berkata: “Assalamu’alaikum wahai Rasulullah, Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu Allah di akhirat.” Maka Nabi SAW bersabda: “Bahkan aku memilih Rafiqul A’la (Teman yang Tinggi), bahkan aku memilih Rafiqul A’la, bersama-sama dengan orang-orang yang dianugrahi nikmat oleh Allah SWT yaitu: para Nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang saleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik-baiknya.”
Aisyah menuturkan bahwa sebelum Rasulullah wafat, ketika beliau bersandar di dadanya, dan dia mendengarkan beliau secara seksama, beliau berdo’a: ” Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku pada ar-rafiqul a’la. Ya Allah, (aku minta) ar-rafiqul A’la, Ya Allah, (aku minta) ar-rafiqul A’la.”
Sayyidah Aisyah berkata: “Maka jatuhlah tangan Nabi SAW dan kepala beliau menjadi berat di atas dadaku, dan sungguh aku telah tahu bahwa beliau telah wafat.” Dia berkata: “Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tidak ada yang aku perbuat selain keluar dari kamarku menuju masjid, yang disana ada para sahabat, dan kukatakan: “Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat, Rasulullah telah wafat.” Maka mengalirlah tangisan di dalam masjid. Ali ibn Abi Thalib RA terduduk karena beratnya kabar tersebut, Ustman bin Affan seperti anak kecl mengerak-gerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri. Adapun Umar bin Khattab RA berkata: “Jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Rasulullah telah meninggal, akan kupotong kepalanya dengan pedangku, beliau hanya pergi menemui Rabb-nya, sebagaimana Musa AS pergi untuk menemui Rabb-nya.”
Adapun orang yang paling tegar adalah Abu Bakar RA, dia masuk kepada Rasulllah SAW, memeluk beliau dan berkata: “Wahai sahabatku, wahai kekasihku, wahai bapakku.” Kemudian dia mencium Nabi SAW dan berkata: “Anda mulia hidup dan dalam keadaan mati.”
Keluarlah Abu Bakar RA menemui manusia dan berkata: “Barang siapa menyembah Muhammad, maka Muhammad sekarang telah wafat, dan barang siapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah kekal, hidup, dan tidak akan mati.” Maka akupun keluar dan menangis, aku mencari tempat untuk menyendiri dan aku menagis sendiri.”
Innalillahi wa innailaihi raji’un, telah berpulang ke rahmatullah, orang yang paling mulia, orang yang paling kita kasihi dan kita cintai, Rasulullah SAW, pada waktu dhuha Hari Senin tanggal 12 Rabbiul Awwal Tahun 11 H tepat pada usia 63 tahun lebih 4 hari. Semoga Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW.
Di dalam beberapa hadis dijelaskan,
Seperti Apakah Rasulullah saw?
“Rasulullah adalah seorg yg sangat tampan wajahnya, sangat luhur budi pekertinya, beliau tdk terlalu jangkung & tidak pula terlalu pendek.” (HR. Al-Bukhari),
“Rasulullah saw memiliki dada yg bidang dan lebar, beliau memiliki rambut yg terurai sampai ke cuping telinga, saya pernah menyaksikan beliau mengenakan pakaian berwarna merah, belum pernah saya melihat sesuatu yg lebih indah daripada itu” (HR. Al-Bukhari)
Abu Ishaq As-Sabi’i berkata: “Seseorang pernah bertanya kepada Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallah ‘anhu: “Apakah wajah Rasulullah lancip seperti sebilah pedang?” ia menjawab: “Tidak, bahkan bulat bagaikan rembulan!” (HR. Al-Bukhari)
Anas bin Malik radhiyallah ‘anhu mengungkapkan, “Belum pernah tanganku menyentuh kain sutra yg lebih lembut daripada telapak tangan Rasulullah saw. dan belum pernah aku mencium wewangian yg lebih harum daripada aroma Rasulullah saw” (Muttafaq ‘alaih),
Di antara sifat beliau adalah “pemalu”, sampai-sampai Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallah ‘anhu mengatakan, “Rasulullah itu lebih pemalu drpd gadis dalam pingitan. Jika beliau tdk menyukai sesuatu, niscaya kami dapat mengetahui ketidak sukaan beliau itu dari wajahnya.” (HR. Al-Bukhari)
Sesungguhnya di dalam diri Rasulullah SAW terdapat uswahtun hasanah, suri tauladan yang sempurna, kenapa kita masih mencari tauladan-tauladan yang lain? “SubhanAllah, Allahumma sholli ala Muhammad wa alaihi wa barik wa Salam ” kami rindu berjumpa denganmu ya.. Rasulullah…